a a a a a a a a a a a a a a a a a
Infobank Institute
Infobank Institute
HomeNewsGalleryContact Us

News

Ekspor RI ke Uni Eropa Diprediksi Naik 50 Persen Usai IEU-CEPA Rampung

Ekspor RI ke Uni Eropa Diprediksi Naik 50 Persen Usai IEU-CEPA Rampung

Jakarta – Pemerintah optimistis ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan meningkat hingga 50 persen setelah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) rampung.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, perjanjian IEU CEPA tengah dalam tahap pembahasan finalisasi, yang dibahas dalam pertemuan dengan EU Commissioner for Trade and Economic Security Maroš Šefčovič di Brussels.

“Status adalah task perundingan telah selesai dan sejumlah isu teknis mampu diselesaikan dalam putaran terakhir di tingkat Chief Negotiator. Pertemuan ini merupakan komitmen kuat dari Pemerintah Indonesia agar perundingan dengan negara-negara mitra strategis dan potensial bisa diselesaikan," ujar Airlangga dalam keterangan resmi.

"Tujuannya adalah untuk membuka pasar peningkatan perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan dan mengurangi trade barrier, baik itu dalam bentuk tarif maupun non-tariff barrier,” sambungnya.

Proses Panjang Hampir Tuntas

Kesepakatan tersebut menandai hampir berakhirnya proses perundingan yang telah berlangsung selama sembilan tahun, mencakup 19 putaran utama serta dialog intensif dalam beberapa bulan terakhir.

Hasil akhir dari perundingan tersebut akan segera diumumkan dan dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa.

Uni Eropa sendiri merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan mencapai USD30,1 miliar pada 2024.

Neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa mencatatkan surplus yang meningkat signifikan, dari USD2,5 miliar pada 2023 menjadi USD4,5 miliar pada 2024.

“Indonesia dan Uni Eropa semangat untuk menggunakan momentum situasi yang saat ini penuh ketidakpastian dan tidak bisa diprediksi, komoditas utama Indonesia dan Uni Eropa bersifat saling melengkapi ataupun komplementer, tidak berkait bersaing secara langsung. Tentunya ini sama-sama memperkuat supply chain ataupun rantai pasok pasar dunia sehingga percepatan dari penyelesaian ini menjadi sangat penting,” kata Airlangga.

Airlangga menjelaskan, salah satu manfaat utama dari implementasi IEU-CEPA adalah penghapusan tarif impor secara signifikan. Dalam 1-2 tahun setelah perjanjian berlaku, sebanyak 80 persen ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan menikmati tarif 0 persen.

Komoditas unggulan seperti produk padat karya (alas kaki, tekstil, dan garmen), minyak sawit, perikanan, serta sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik akan mendapat perlakuan preferensial yang lebih adil.

Fokus Isu Strategis: TKDN, Otomotif, dan Mineral Kritis<,/b>

Airlangga juga menyampaikan bahwa Eropa memfokuskan pada beberapa isu termasuk pembahasan mendalam mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sektor otomotif, critical mineral, serta berbagai fasilitas yang dapat diperoleh aktivitas investasi.

Komisioner Maros juga memberikan beberapa catatan yang telah dijadikan kesepakatan bersama, dan secara prinsip kesepakatan tersebut menjadi hal yang kedua belah pihak telah mengerti.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menyampaikan apresiasi terhadap kesepakatan mengenai perdagangan dan pertumbuhan berkelanjutan (trade and sustainable growth).

“Kesepakatan ini dianggap bernilai tinggi karena memberikan keuntungan baik bagi pelaku usaha di Indonesia maupun Eropa, dan kegiatan yang terkait sustainability ini menjadi penting termasuk dalam berbagai perkembangan daripada kebijakan di Eropa terkait dengan produk-produk yang berkelanjutan, dan diharapkan kebijakan ini bisa mengurangi risiko kita terhadap syarat-syarat yang diperlakukan ke depan,” ungkapnya.

Permintaan Perlakuan Setara untuk Ekspor Perikanan

Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia mendorong pengembangan produk perikanan sebagai potensi penting dan meminta agar fasilitas ekspor perikanan diberikan perlakuan setara dengan negara-negara ASEAN lain seperti Thailand dan Filipina.

Lebih lanjut, Uni Eropa telah menyepakati pemberian level playing field khusus bagi produksi dan ekspor perikanan Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga.

Selain itu, terkait kebijakan deforestasi, Komisioner Maroš berjanji akan memberikan perlakuan khusus kepada Indonesia yang diyakini akan berdampak positif terhadap ekspor produk hasil hutan Indonesia.

“Indonesia meminta agar fasilitas untuk ekspor perikanan tidak dibedakan dengan negara ASEAN lain seperti Thailand atau Filipina, dan Eropa sudah sepakat bahwa kita akan diberikan level playing field,” imbuhnya.

Momentum Strategis untuk Peningkatan Daya Saing

Dari sisi strategis, perjanjian IEU-CEPA diyakini memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah global. Dengan terbukanya pasar dan penghapusan hambatan tarif, IEU-CEPA menjadi momentum penting untuk meningkatkan daya saing nasional.

Pemerintah optimistis pelaksanaan IEU-CEPA dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Uni Eropa lebih dari 50 persen dalam 3-4 tahun ke depan.

Selain itu, perjanjian tersebut juga membuka peluang investasi strategis dari Eropa ke Indonesia, seiring dengan meningkatnya kepercayaan terhadap sistem hukum dan kebijakan dalam negeri.

“Kedua belah pihak sudah sepakat untuk segera menyelesaikan dari segi materi dan proses hukum. Tidak ada ganjalan yang tersisa,” pungkas Airlangga. (*)

Editor: Yulian Saputra
News Ekspor RI ke Uni Eropa Diprediksi Naik 50 Persen Usai IEU-CEPA Rampung
Latest News
OJK Kapasitas IT Bank Jadi Penentu Persaingan di Masa Depan
Read More
Ini 5 Alasan Reksa Dana Cocok untuk Investor Pemula dan Berpengalaman
Read More
IHSG Sepekan Melemah ke Level 6897 Ini 5 Saham Pemicunya
Read More