OJK Beberkan Faktor Pendorong Penggunaan M-Banking di Tiap Generasi, Apa Saja?
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute mengungkapkan temuan terbaru dari penelitian berjudul “Pengaruh Transformasi Digital Industri Perbankan (M-Banking) Terhadap Perilaku Konsumen” yang dilakukannya pada 2024.
Penelitian ini melakukan survei terhadap 2.000 lebih responden yang memakai mobile banking dari seluruh Indonesia (dominasi Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), dengan berbagai latar belakang pendidikan, generasi, dan profesi.
Hasil temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan produk perbankan digital seperti m-banking pada setiap generasi.
Direktur Kelompok Spesialis Riset dan Widyaiswara OJK Institute, Ida Rumondang menjelaskan ada lima variabel pendorong penggunakan m-banking, yakni ease of use, usefulness, security, trust, dan loyalty. Empat di antaranya, yakni ease of use, security, trust, dan loyalty, merupakan variabel yang memengaruhi secara signifikan gen Z untuk menggunakan m-banking.
Prinsip ease of use ini terpantau meningkatkan perilaku keuangan gen Z terhadap m-banking dengan besaran pengaruh di level 0,58. Sementara security meningkatkan perilaku keuangan gen Z dengan besaran level di 0,48. Kemudian, trust meningkatkan perilaku keuangan gen Z dengan besaran level 1,033, serta loyalty dengan besaran level 0,52.
“Sedangkan di gen Y, hanya ada prinsip ease of use (level 0,49) yang berpengaruh signifikan dalam meningkatkan perilaku keuangan digital gen Y,” sebut Ida dalam sebuah paparan virtual, Senin, 23 Juni 2025.
Sementara generasi X atau gen X, hanya ada variabel trust yang memengaruhi secara signifikan perilaku keuangan, dengan besaran pengaruh di level 0,636. Hal ini menunjukkan jika gen X adalah generasi yang lebih berhati-hati dan fokus pada kepercayaan dan keamanan, dibandingkan fitur canggih atau inovatif yang dicari oleh generasi lebih muda.
“Dengan hasil ini kita bisa menyimpulkan bahwa setiap generasi memiliki ‘pemicu’ digital yang berbeda,” tambah Ida.
Oleh karenanya, strategi atau pendekatan yang dilakukan pihak perbankan dalam menyasar setiap generasi melalui produk digital juga berbeda-beda, menyesuaikan dengan sasaran generasi yang ingin dituju.
Ida menerangkan, untuk menyasar gen Z, dibutuhkan pendekatan all in one, seperti salah satunya fitur yang interaktif. Untuk gen Y, tekankan unsur kemudahan dalam pemakaian produk. Sementara untuk gen X, cukup dengan menjaga kepercayaan dan reputasi.
“Jangan sampai bikin design UX (user experience) begitu complicated, sehingga generasi baby boomers tidak baca lagi, tak bisa pakai lagi, karena sulit memahaminya. Tapi, jangan juga terlalu simple demi baby boomers, sehingga generasi muda memandang jadul,” tekan Ida.
Menurutnya, lembaga perbankan atau keuangan perlu mencari titik keseimbangan modernitas design UX/UI dari segmentasi pasar yang ingin dituju. Selain penelitian antar generasi, penelitian OJK Institute ini juga menemukan bahwa wanita memiliki perilaku keuangan dalam penggunaan mobile banking lebih rendah 0,7 dibandingkan laki-laki.
Sementara itu, secara level pendidikan, kelompok level pendidikan tinggi (high education) didominasi oleh variabel trust dalam perilaku keuangan penggunaan mobile banking. Semakin meningkatnya trust dalam penggunaan m-banking sebesar 1 level, maka akan meningkatkan perilaku keuangan sekitar 0,43 level.
Sedangkan untuk kelompok dengan pendidikan rendah (low education), faktor ease of use tampak mendominasi. Yang mana, semakin meningkat perceived ease of use dalam penggunaan mobile banking sebesar 1 level, maka akan meningkatkan perilaku keuangan sekitar 0,35 level.
“Ini menunjukkan bahwa kelompok low education lebih sensitif terhadap aspek teknis dan kemudahan penggunaan. Sedangkan high education lebih mementingkan trust dan informasi yang akurat,” jelas Ida.
Di samping itu, bila mengacu profesi, mahasiswa/pelajar didominasi oleh faktor ease of use (0,585), usefulness (1,375), dan trust (0,947). Lalu, PNS/BUMN tidak ditemukan faktor signifikan (mungkin) karena kewajiban penggunaan mobile banking.
Kemudian, untuk pegawai swasta didominasi faktor loyalty, guru/dosen didominasi faktor usefulness, ibu rumah tangga didominasi usefulness, serta wiraswasta didominasi ease of use (0,817), security (0,723), dan trust (0,247).
Di lain sisi, berdasarkan hasil penelitiannya, Deputi Direktur Senior Kelompok Spesialis Riset dan Widyaiswara OJK Institute, Yunorita Pariman menambahkan, meskipun transformasi digital tidak memiliki pengaruh signifikan bagi peningkatan BOPO dan NIM pada perbankan, transformasi digital memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan net profit.
“Transformasi digital itu berpengaruh signifikan terhadap net profit yang menjadi representasi kinerja profitabilitas bank. Namun, tidak berpengaruh signifikan, baik untuk BOPO maupun NIM sebagai representasi efisiensi,” tukasnya. Steven Widjaja