Ini Alasan OJK Minta Perbankan Adaptif Hadapi Dinamika Makroekonomi
Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, meminta perbankan untuk senantiasa menerapkan strategi yang adaptif dan inovatif dalam menghadapi berbagai perubahan kondisi makroekonomi.
Menurutnya, hal ini bertujuan tidak hanya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, tetapi juga untuk menggerakkan roda perekonomian.
“Dan juga menjadi pilar penting untuk terus mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkesinambungan,” kata Dian, dalam keterangannya, dikutip Senin, 25 Agustus 2025.
Dian menegaskan, OJK selaku otoritas perbankan akan terus memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan terhadap berbagai potensi gangguan terhadap kinerja bank.
Hal ini mencakup gangguan terhadap stabilitas sistem perbankan dan kepercayaan publik, guna memastikan kontribusi sektor perbankan terhadap ekonomi Indonesia terus meningkat. Upaya tersebut dilakukan dengan berkoordinasi dengan lembaga/kementrian terkait, khususnya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
“OJK juga menilai bahwa pada semester I-2025, perekonomian global menghadapi ketidakpastian akibat perang dagang dan ketegangan geopolitik, termasuk penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat serta konflik di Timur Tengah,” jelas Dian.
Kondisi ini menekan perdagangan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Perbaikan di Paruh Kedua 2025
Namun, pada paruh kedua tahun 2025, tensi global mulai mereda setelah Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara mitra menyepakati penurunan tarif impor, termasuk menjadi 19 persen untuk Indonesia, serta membaiknya situasi geopolitik.
Ia menjelaskan, perkembangan positif tersebut mendorong International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global naik menjadi 3 persen pada 2025 dan 3,1 persen pada 2026, dari sebelumnya 2,8 persen dan 3 persen.
Sejalan dengan itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik juga direvisi meningkat menjadi 4,8 persen pada 2025–2026 dari sebelumnya 4,7 persen.
Ekonomi Indonesia Tetap Solid
Di tengah dinamika global, perekonomian Indonesia tetap solid. Pada kuartal II-2025, PDB tumbuh 5,12 persen yoy, lebih tinggi dari perkiraan 4,8 persen.
Sektor manufaktur masih berada di zona kontraksi dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) 49,20, tetapi membaik dari 46,90 pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen tetap optimistis di level 118,1, surplus neraca perdagangan berlanjut, dan cadangan devisa tetap terjaga tinggi. (*)