OJK Dorong Literasi Keuangan Digital bagi Mahasiswa di Sorong
Jakarta – Sebanyak 200 mahasiswa Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Papua Barat, antusias mengikuti kegiatan literasi keuangan digital yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertajuk Digital Financial Literacy (DFL).
Kegiatan DFL ini menjadi bagian dari program literasi tahunan OJK yang dirancang untuk menjawab tantangan rendahnya indeks literasi keuangan digital di tengah maraknya adopsi layanan keuangan berbasis teknologi.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 66 persen, sementara indeks inklusi keuangan telah mencapai 80 persen.
Kesenjangan ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan namun belum memiliki pemahaman yang memadai. Hal ini berpotensi menimbulkan risiko yang merugikan jika tidak ditangani melalui edukasi keuangan yang tepat dan masif.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi, menekankan bahwa kehadiran teknologi seperti blockchain, artificial intelligence, dan big data telah menghadirkan berbagai peluang sekaligus tantangan baru dalam pengelolaan keuangan. Hasan menyebutkan bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi digital sektor keuangan Indonesia.
“Gen Z memiliki peran penting sebagai agen perubahan dan ujung tombak transformasi digital di Indonesia Timur. Literasi keuangan digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendasar untuk menghadapi ekosistem keuangan yang terus berkembang,” ujar Hasan dikutip 29 Mei 2025.
Hasan juga mengingatkan mahasiswa untuk bijak dalam mengelola keuangan digital dan mewaspadai potensi penipuan di era layanan keuangan berbasis teknologi. Dia juga menggaris bawahi bahwa saat ini angka penipuan di keuangan digital masih tinggi karena literasi keuangan masyarakat Indonesia juga masih tergolong rendah.
Data dari Indonesia Anti Scam Center (IASC) per Maret 2025 mencatat hampir 80.000 laporan penipuan keuangan dengan kerugian mencapai Rp1,7 triliun. Oleh karena itu, pemahaman mengenai legalitas, logika investasi, dan risiko harus menjadi dasar masyarakat sebelum memilih produk keuangan digital.
“Kegiatan ini menjadi wujud nyata dari upaya OJK untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk kawasan timur, guna memastikan bahwa transformasi digital di sektor keuangan dapat dioptimalisasi secara merata,” jelas Hasan.
Di kesempatan yang sama, Wakil Rektor III Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong Aldilla Yulia Wiellys Sutikno, mengapresiasi kehadiran OJK dan para narasumber. Aldilla menyampaikan bahwa perubahan di sektor keuangan berjalan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari perubahan regulasi hukum sehingga diperlukan edukasi kepada generasi muda sejak dini.
“Makanya, sebagai manusia yang tentu tidak mungkin tidak mengikuti perubahan itu. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pemahaman, penyuluhan dan sosialisasi terkait dengan literasi keuangan yang pagi hari ini akan disampaikan oleh narasumber dari OJK. Terima kasih kepada OJK,” ujar Aldilla. (*)