Penyebab Lambatnya Transmisi Suku Bunga Kredit usai BI Rate Dipangkas
Jakarta – Bank Mandiri mengungkapkan penyebab terhambatnya transmisi kebijakan suku bunga kredit setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate sebanyak empat kali di tahun 2025 menjadi 5 persen di Agustus 2025.
Kepala Departemen Riset Ekonomi Makro dan Pasar Keuangan Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina menyatakan, kondisi likuiditas yang ketat di awal semester I 2025 telah berimbas pada terhambatnya transmisi kebijakan. Tercermin dari suku bunga deposit yang tertahan tinggi, sehingga berimplikasi pada masih tingginya suku bunga kredit.
“Jadi kita lihat suku bunga deposito ini masih agak tinggi akibat kondisi likuiditas yang cenderung ketat dan persaingan perolehan dana bagi perbankan. Sehingga ini sedikit menghambat transmisi ke suku bunga kredit,” ujar Dian dalam Mandiri Economic Outlook Kuartal III 2025, Kamis, 28 Agustus 2025.
Meski demikian, kondisi likuiditas berangsur longgar. Dari sisi kebijakan moneter juga telah diarahkan untuk mendukung perbaikan likuiditas, seperti pemangkasan BI Rate, hingga dilanjutkanya kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM). Per Agustus 2025 rata-rata likuiditas perbankan harian sebesar Rp77,2 triliun.
“Kita lihat BI sudah menurunkan BI Rate empat kali, BI juga terus melanjutkan kebijakan terkait KLM, ini juga sudah terlihat dari membaiknya kondisi likuiditas secara bulanan,” imbuhnya.
Ke depan, kata Dian, pihaknya juga melihat berbagai faktor pendukung untuk memperbaiki kondisi likuiditas, yang berujung pada terakselerasinya pertumbuhan kredit dan ekonomi. Di antaranya, akselerasi fiskal yang terjadi di semester II, ruang penurunan suku bunga acuan, baik dari BI maupun The Fed, serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menurun.
“Ke depan secara likuiditas, fiskal akan lebih ekspansif. Dari sisi moneter, peluang penurunan suku bunga masih ada. Tentunya kita melihat dari Fed Funds Rate juga arahnya. Dan juga SRBI issuance yang terus menunjukkan penurunan dengan stabilnya kondisi pasar keuangan di Indonesia. Semua ini akan terus menopang perbaikan di sisi likuiditas dan pada akhirnya akan menopang pertumbuhan kredit dan ekonomi,” ungkapnya. (*)